Kamis, 09 Juni 2016

04. PENILAIAN PERSEDIAAN DAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN



Pada perusahaan dagang hanya mempunyai satu persediaan yaitu persediaan barang dagangan. Di dalam neraca persediaan dilaporkan dalam kelompok harta lancar, karena persediaan diharapkan dapat diubah menjadi kas dalam waktu kurang satu tahun atau satu siklus akuntansi.

Persediaan barang dagang merupakan bagian yang cukup berarti dari seluruh total harta yang dimiliki perusahaan  juga transakasi yang berhubungan dengan persediaan merupakan aktivitas yang sering terjadi. Di samping itu persediaan akan dilaporkan pada dua laporan keuangan yaitu laporan laba rugi dan neraca.

Nilai persediaan barang dagangan ditentukan oleh dua faktor yaitu kuantitas dan harga pokoknya.
a.  Kuantitas: persediaan barang dagang diperoleh melalui perhitungan secara fisik.
b.  Harga pokok yaitu harga untuk memperoleh persediaan barang dagangan tersebut, meliputi:
-   harga beli dan
-   biaya yang terjadi sampai persediaan tersebut siap dijual seperti biaya angkut, asuransi dan bea masuk dan potongan pembelian diperhitungkan ke harga pokok secara rata-rata.

Metode Perhitungan harga pokok penjualan

A. Asumsi arus biaya:
Metode dengan asumsi arus biaya menggunakan anggapan mengalirnya faktor-faktor biaya. Penggunaan ini karena unit-unit barang dagangan sulit untuk dipisahkan/ dibedakan satu sama lain. Metode asumsi arus biaya ada tiga, yaitu:

1) Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)/ First-In First- Out
Metode masuk pertama keluar pertama beranggapan bahwa faktor-faktor biaya akan mengalir searah dengan urutan terjadinya biaya (masuk pertama keluar pertama). Metode ini terutama untuk barang¬barang yang tidak tahan lama dan produk-produk yang modelnya cepat berubah.
Contoh: toko bahan makanan menyusun produk-produk susu dalam rak sesuai dengan tanggal kadaluwarsanya.

2)  Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)/ Last-In First Out (LIFO):
Metode masuk terakhir keluar pertama beranggapan bahwa arus biaya memiliki arah terbalik dengan urutan terjadinya biaya (masuk terakhir keluar pertama).

3)  Biaya Rata-Rata (Average Cost):
Metode biaya rata-rata beranggapan bahwa arus biaya adalah rata-rata dari biaya yang terjadi.

B. Metode Identifikasi Khusus
Metode ini biasa digunakan untuk perusahaan dagang yang mempunyai persediaan yang mudah dikenali atau diidentifikasikan untuk setiap jenis barang dagangnya. Barang yang dibeli harus diberi identitas secara jelas, sehingga perhitungan di gudang akan mudah.
Contoh: toko sepatu, dealer sepeda motor, mobil, sepeda.


PERTANYAAN

1.  Sistem pencatatan persediaan apakah yang menyediakan cara paling efektif untuk mengendalikan persediaan (perpetual atau periodik)? Mengapa?
2.    Mengapa perhitungan fisik persediaan penting dilakukan secara periodik jika perusahaan menggunakan sistem persediaan perpetual?
3.    Apakah istilah FIFO dan LIFO mengacu pada teknik yang digunakan untuk menentukan kuantitas dari berbagai kelas persediaan yang masih ada ? Jelaskan !
4.  Apakah istilah last-in (masuk terakhir) dalam metode LIFO berarti bahwa barang-barang dalam persediaan diasumsikan dari pembelian yang paling akhir ? Jelaskan !
5.    Jika persediaan barang dagang dinilai pada harga pokok dan tingkat harga terus meningkat, mana dari ketiga metode perhitungan biaya - FIFO, LIFO atau biaya rata-rata yang akan menghasilkan (a) biaya persediaan paling tinggi, (b) biaya persediaan paling rendah, (c) laba kotor paling tinggi, (d) laba kotor paling rendah.

0 komentar:

Posting Komentar